Bahaya Kanker Kolorektal
Waspadai buang air besar berdarah sebelum terlambat.
Menurut
data WHO, sekitar 608.000 orang di dunia meninggal akibat kanker
kolorektal, yaitu kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada
rektum. Setiap tahun, sekitar 1.666 orang meninggal setiap hari akibat kanker tersebut. Di Indonesia sendiri, menurut data Patologi Anatomi FKUI 2003-2007, jumlah pasien kanker kolorektal di bawah usia 40 mencapai 28,17%.
Apa saja yang memicu risiko kanker kolorektal? Meski belum ada penyebab pasti, tetapi Dr. dr. Noorwati Sutandyo Sp.PD, KHOM spesialis hematologi onkologi medik dari RS Dharmais, Jakarta, menyebutkan bahwa ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebabkan munculnya kanker tersebut. Di antaranya, pola makan yang salah, obesitas, memiliki sejarah keluarga mengenai kanker kolorekteral (berisiko 3-6%), usia (di atas 50 tahun lebih berisiko) dan jarang melakukan aktivitas fisik.
Kanker kolorektal biasanya terjadi akibat pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), yang awalnya membentuk polip. Polip itu dapat diangkat, namun seringkali adenoma yang tidak terdeteksi, dalam waktu yang cukup lama akhirnya berpotensi menjadi kanker.
Apabila kanker kolorektal sudah menjalar di tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mengalami gejala-gejala, seperti berdarah ketika buang air besar, diare dan sembelit tanpa sebab yang berlangsung lebih dari enam minggu, penurunan berat badan tanpa sebab, rasa sakit di perut dan perut yang tetap terasa penuh meski sudah buang air besar.
Seperti yang dijelaskan oleh Noorwati Sutandyo, “Ada beberapa cara yang dilakukan untuk pengobatan terapi pasien penderita kanker kolorektal."
Pasien dapat dioperasi jika kanker mudah ditemukan dan dapat diobati. Sementara radioterapi/radiasi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, dan dapat diberikan setelah operasi untuk membersihkan sel kanker yang masih tersisia.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan kemoterapi yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker agar tidak berkembang biak. Ada juga terapi fokus sasaran (targeted therapy), yaitu dengan antibodi monoklonal yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk menyerang sel kanker.
Untuk mencegah timbulnya risiko kanker kolorektal, Noorwati Sutandyo menyarankan untuk menjalankan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan berserat dan berprotein tinggi dan mengurangi daging merah dan lemak jenuh dari hewani.
Cara lain adalah dengan melakukan olahraga, atau setidaknya melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan menggonsumsi obat-obatan, seperti aspirin dan obat yang dapat meredakan nyeri, menurunkan panas dan anti-radang. (Ditriana Rahmianti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar